Dampak Pengangkatan Amandel terhadap kesehatan Tubuh
Amandel merupakan salah satu sistem
pertahanan tubuh kita. Sekali lagi saya akan tekankan di kata "salah
satu". Kali ini saya akan membahas mengenai amandel. Tidak baik untuk
mengangkat amandel tanpa indikasi yang jelas, namun lebih tidak baik lagi jika
seseorang mempertahankan amandel yang menjadi sumber masalah. Masalah yang
sering saya temukan di masyarakat, adalah terdapatnya dogma bahwa orang yang
diangkat amandelnya akan sering sakit.
Contoh kasus yang paling klasik yang
sering saya temukan adalah orang dewasa muda yang sakit-sakitan terus, hampir
setiap bulan sakit tenggorok, selalu bolak balik ke dokter dan akhirnya dia
mulai membeli antibiotik sendiri. Saat ditanya kenapa tidak mau diangkat
jawabnya "karena takut sistem kekebalan tubuhnya berkurang". Dia
tidak sadar justru amandel yang sakit itulah yang sedang membuat sistem
pertahanan tubuhnya rendah.
Saya sering kasi analogi begini, misalkan dirumah
ada 20 orang satpam, sedangkan 2 diantaranya tukang bohong dan sering maling. Apa dipertahankan? Sistem pertahanan tubuh kita sangatlah kompleks, amandel
merupakan salah satu dari sekian banyak sistem pertahan tubuh. Tonsil merupakan
sistem pertahanan tubuh kita yang berupa sistem kelenjar yang berfungsi seperti
barier terhadap kuman. Tonsil di kepala manusia ada 4 pasang: Tonsil palatina
(amandel) Tonsil adenoid (terletak di belakang hidung) Tonsil lingual (terletak
di pangkal hidung) Tonsil tuba (terletak di pangkal saluran yang menghubungan
telinga ke hidung) Amandel sendiri sudah merupakan akronim untuk tonsil
palatina yang merupakan 1 dari 4 tonsil yang ada di kepala. Fungsi dari amandel
jika di-analogi-kan terhadap kehidupan sehari-hari mirip seperti filter dan
tempat sampah, sehingga perannya pada sistem kekebalan tubuh manusia sangatlah
penting. Namun seiring dengan pajanan kuman berulang amandel sendiri bisa
menjadi sumber masalah. Jika amandel menjadi sumber masalah, maka perlu
dilakukan evaluasi ulang perlu atau tidaknya amandel perlu dipertahankan. Hal
ini menjadi topik yang sederhana, namun tidak pernah habis untuk dibahas.
Banyak
kesalahpahaman mengenai peran amandel, sehingga banyak pula masalah yang
ditatalaksana salah. Tidak semua amandel yang besar diangkat. Amandel sendiri
dibagi menjadi 4 stadium. Stadium T merupakan stadium ukuran yang secara
seragam dipelajari seluruh dokter di seluruh dunia. Stadium T1 adalah normal,
sedangkan T4 adalah amandel yang sudah sangat besar. Namun ukruan ini pun tidak
menjadi patokan untuk mengangkat amandel. Istilah indikasi diartikan juga
sebagai syarat untuk mengangkat amandel. Indikasi medis pengangkatan amandel
sendiri ada 2 jenis. Indikasi relatif artinya disarankan untuk diangkat &
indikasi absolut artinya harus diangkat.
Indikasi relatif pengangkatan amandel
adalah: Amandel yang dicurigai menjadi sumber infeksi berulang, ditandai dengan
adanyasakit tenggorok/ demam/ batuk berulang >3x / tahun atau >2x /6
bulan. Amandel menyebabkan bau mulut. Indikasi absolut pengangkatan amandel
adalah: Adanya sumbatan jalan nafas saat tidur, sering ditandai dengan ngorok
pada anak-anak, sampai terbangun akibat kehabisan nafas. Amandel yang tidak
simetris yang dicurigai kemungkinan adanya tumor. Dokter THT perlu melakukan
pemeriksaan fisik untuk menentukan kelainan amandel yang terjadi adalah
kelainan baru atau lama.
![]() |
Dialektika.net |
Pada kelainan baru biasanya tidak perlu dilakukan
pengangkatan amandel, namun pada kasus tertentu bisa saja dilakukan
pengangkatan. Tanda masalah amandel sudah lama adalah dari bentuk amandel yang
berbenjol-benjol dan kadang berwarna bercak-bercak putih. Sedangkan pembesaran
amandel yang baru biasanya licin dan dari penjelasan pasien pun jelas kalau
masalah nya tidak berulang.
Kita harus melihat dari sisi yang benar, jika
seorang dokter THT mengangkat amandel tanpa indikasi yang jelas, jelas dia
salah karena bagaimana pun amandel mempunyai peran dalam sistem pertahanan
tubuh. Namun jika amandel tersebut menjadi sumber masalah lama jelas perlu
diangkat. Infeksi berulang dr amandel jelas membuat daya tahan tubuh akan semakin
menurun, belum lagi penggunaan antibiotik berulang, belum lagi rasa nyeri yang
berulang dirasakan.
dr. Ashadi Budi, Sp.THT-KL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar