Meluruskan NU Garis Lurus
Jika ada Diantara kita yang mengikuti warta online mengenai NU di dunia maya atau ikut bergabung dengan Grup facebook seperti anti wahabi,1000.000 orang menolak wahabi, dan banyak lainnya, tentu saat ini mengetahui informasi kemunculan Sebuah Web yang di promosikan melaui goup di facebook maupun twitter, yang mengatasnamakan “NU GARIS LURUS” yang memiliki konten dan pemberitaan terkait NU dan permasalahan aqidah lainnya.
Akan tetapi
usut punya usut, siapakah Pemilik “NU GARIS LURUS” yang dikabarkan menebar
fitnah dan mulai mengkontaminasi faham wahabisme dengan ahlussunah, yang
dikemas dengan pemberitaan seolah solutif akan tetapi tujuannya adalah
memprovokasi agar saling caci mencaci, saling gontok-gontokan, menyalahkan satu
sama lain. Tidak jauh berbeda dengan Web milik JOnru ginting yang diberitakan selau
menjelek-jelekan pemerintah dan memfitnah pejabat pemerintah dengan menebar
isyu yang membahayakan satu kesatuan umat dan bangsa, itulah informasi yang
sedang hangat menjadi perbincangan media sosial maupun obrolan talk show.
Kita tidak
tau siapa sebenarnya pemilik “NU GARIS LURUS” apa kepentingan dan tujuannya, ada satu hal
yang saya heran, kenapa tidak dinamakan nu garis diagonal atau garis bengkok,
kenapa dinamakan garis lurus?, mungkin jawabanya karena saat ini kita sedang
dilanda krisis, jika dulu krisis moneter, yang menyebabkan terkoyaknya bangsa ini yang menyisakan kenangan pahit,
akan tetapi saat ini kita sedang krisis persatuan dan toleran atau bahkan menjual tuhan .
Krisis
persatuan dan toleran ini bukanlah sebuah pemanasan atau permulaan, melainkan
hasil dari embrio yang telah ditumbuhkan dengan mahalnya rasa saling memaafkan,
malas untuk belajar kitab ulama salaf,
sombongnya meninggalakn ajaran imam mazhab dengan sok berijtihad dan menistimbatkan
hukum tampa belajar ilmu ushul fiqh. Inilah hasilnya, saat ini rasisme
merupakan makanan sehari-hari, gontok-gontokan bisa ditemui dimanapaun, dalam
televisi, musyawaroh, media sosial dengan alih membela tuhan,membela ajaran
tuhan, membela ahlussunan wal jamaah.
Tahukan
anda siapa yang membunuh
sayyidina Ali?,
yakni orang yang rajin ibadahnya, khatam Al-Quran, setiap malam shalat tahajud.
Tetapi karena memahami Al-Quran secara tekstual, ia membunuh Ali, yang merupakan
keponakan Nabi, menantu Nabi dan pemuda yang dijamin Allah masuk syurga, itu
karena kebodohan,orang yang berilmu lebih tinggi drajatnya daripada ahli
ibadah.
Pahamilah, Sebenarnya ilmu yang kita ketahui, aqidah yang
kita anut, ajaran yang kita amalkan, bukanlah sebuah kesalahan atau kesesatan. Akan tetapi kita malas untuk
belajar,malas untuk membaca, malas untuk membagi dan menerima ilmu dari orang
lain sehingga kita merasa sombong dan menggap diri sendiri seorang yang alim,
yang paling sholeh, ahli segala ilmu dan ahli ibadah. Hal itulah yang
menyebabkan umat dan bangsa Indonesia ini mengalami krisis persatuan dan
toleran, sehingga melaihirkan anak bangsa yang lupa rasa maaf,militan dan
menebar permusuhan jika demikian bagaimana akan membuat orang tua menangis ?. Itu saja.
08-01-2015
mergosono,malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar